Jumat, 24 Juni 2022

Aksi Nyata Modul 3.3 Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid

CGP   : Komang Yuli Wirahayu

Asal Sekolah : SD Negeri 7 Sesetan 

Nama Program : LiBerCa (Meningkatkan Literasi dengan Berbagai Kegiatan Membaca)


Kemampuan literasi numerasi saat ini sangat memiliki peranan penting dalam kehidupan. Pembiasaan pada kegiatan belajar mengajar untuk melatih dan membiasakan murid berliterasi menjadi salah satu tugas yang harus dilaksanakan oleh seorang pendidik. Hasil penelitian PISA (Programme for International Student Assetment) terhitung dari tahun 2009 sampai 2018 Indonesia berada pada urutan bawah. Pada tahun 2018 untuk kompetensi membaca Indonesia berada pada peringkat 74 dari 79 negara. PISA merupakan metode penelitian internasional yang menjadi indikator untuk mengukur kompetensi siswa Indonesia ditingkat global. Tidak tersedianya akses bacaan, mahalnya harga buku cerita atau buku bacaan, merupakan beberapa hal yang dapat menjadi alasan kurangya minat membaca buku. Ditambah dua tahun terakhir, Indonesia dilanda pandemi Covid-19, keinginan siswa untuk membaca semakin berkurang, mereka cenderung lebih memilih bermain game daripada membaca.

Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri untuk saya, membuat program yang berdampak pada murid, yaitu program LiBerCa, meningkatkan literasi dengan berbagai kegiatan membaca. 

Berbagai kegiatan membaca tersebut diantaranya : 

  1. Membaca mandiri, murid bebas menentukan sendiri bacaan yang ingin dibaca.

  2. Membaca berpasangan, murid secara berpasangan menemukan, menentukan, membaca serta memahami bacaan bersama pasangannya.

  3. Membaca nyaring, guru membacakan sebuah cerita dengan cara dan gaya yang menarik, murid mendengar memahami cerita, bertanya jawab mengenai cerita serta mengikuti suara-suara atau gerakan yang ada pada cerita.

  4. Membaca bersama, guru menyajikan cerita digital yang ditampilkan dengan menggunakan proyektor, kemudian mengajak murid untuk membaca bersama-sama.  

  5. Membaca buku digital, guru mengirimkan link buku cerita digital dan website buku digital salah satunya http://literacycloud.org agar murid dapat membaca buku digital secara gratis di rumah dalam genggaman. 

  6. Membaca bersama orang tua, guru melibatkan partisipasi orang tua dalam membacakan buku cerita digital yang telah diberikan guru di rumah.


  •        

  • Murid membaca mandiri 

                              CGP mengajak murid membaca bersama buku  digital


Setiap teknik kegiatan membaca, memiliki tingkat kesulitan yang tidak sama. Diawal program diperlukan sosialisasi pengenalan jenis-jenis kegiatan membaca yang akan dilakukan terlebih dahulu kepada murid. Setelah dapat mencoba masing-masing kegiatan membaca, guru dapat mengajak murid untuk berdiskusi, mengenai kegiatan membaca yang mana yang akan dilakukan berikutnya. Perasaan saya sangat senang sekali ketika melakukan program ini bersama murid-murid. Saya melihat mereka sangat antusias dengan buku bacaan, buku digital, dibacakan cerita, maupun membaca bersama. Dan saya merasa bahagia sekali karena ternyata respon orang tua terhadap program ini juga bagus, hal tersebut tampak dari beberapa foto yang dikirimkan kepada saya kegiatan orang tua sedang membacakan buku cerita digital untuk anaknya. 

                             

Murid membaca buku digital                     Kegiatan bersama orang tua membaca buku digital  


Kegiatan aksi nyata modul 3.3 Pengelolaan program yang berdampak pada murid ini, membuat saya sadar bahwa jika kita mampu mengelola sumber daya yang ada disekitar secara optimal maka akan dapat memberikan dampak yang optimal juga kepada murid.  Sebagai contoh pada program LiBerCa, Literasi dengan berbagai kegiatan membaca, saya berdayakan sumber-sumber daya yang ada, mulai dari aset manusia, fisik, sosial, finansial, lingkungan/alam, agama/budaya, dan politik. Adanya akses internet, terbiasanya murid menggunakan gawai dapat juga kita manfaatkan agar hal-hal tersebut digunakan juga dalam meningkatkan literasi anak, dengan memberikan murid buku digital. Dukungan dari orang tua di rumah juga sangat saya perlukan dalam kesuksesan program ini. Agar kegiatan membaca tidak hanya dilakukan di sekolah, namun juga tetap dilakukan di rumah. 

                          

         Kegiatan membaca nyaring, CGP membacakan buku cerita 


Dengan memberikan berbagai variasi kegiatan membaca, dan variasi buku bacaan baik yang cetak maupun digital, harapan saya murid mau membaca, sering membaca sehingga menyukai kegiatan membaca dan kegiatan membacapun menjadi suatu kebiasaan. Kedepannya saya akan meneruskan program literasi dengan berbagai kegiatan membaca ini. Agar murid mau, sering, dan menyukai kegiatan membaca. Saya juga akan melibatkan orang tua dalam kegiatan membaca bersama orang tua di rumah maupun mengawasi dan menyediakan akses bacaan di rumah. Saya berencana menambah koleksi buku cerita bacaan yang ada di perpustakaan, baik dengan cara pembelian buku menggunakan dana BOS, sumbangan dari orang tua murid ataupun dengan membuat proposal yang ditujukan kepada pelaku-pelaku usaha yang ada di sekitar sekolah untuk berkontribusi di dunia pendidikan dengan menyumbangkan buku cerita anak. Selain itu, saya juga akan mengimbaskan program ini kepada rekan guru lainnya di sekolah saya atau dimana saja.

   Kegiatan membaca berpasangan 



Halaman depan salah satu buku digital yang digunakan :

http://literacycloud.org/





Berikut video murid ketika membaca berpasangan : 

https://bit.ly/VideoKegiatanMembacaBerpasangan





Sabtu, 28 Mei 2022

3.2.a.9. Koneksi Antar Materi - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

 


        Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya merupakan kemampuan dalam pengelolaan dan pemanfaatan pada aset-aset atau modal yang dimiliki sekolah atau komunitas agar dapat dikelola dengan baik oleh seorang pemimpin pembelajaran sehingga menjadi sebuah kekuatan/potensi yang harus di maksimalkan agar dapat merangsang kreativitas untuk menunjang keberhasilan tujuan pendidikan pada umumnya dan secara khusus pengelolaan sumber daya yang berpihak kepada murid.

          Cara yang dapat dilakukan untuk mengimplentasikan pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya di kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah, adalah dengan memetakan terlebih dahulu modal/asset yang ada kemudian berpikir berbasis kepada asset/kekuatan yang ada tersebut. Ada 7 aset disekitar yaitu asset manusia, fisik, sosial, finansial, lingkungan/alam, politik dan agama dan budaya.

    Pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas. Contohnya, ketika berada/mengajar disuatu tempat pedalaman yang mana memiliki akses jalan, air, serta internet masih susah, bangunan fisik juga belum maksimal, seorang pemimpin pembelajaran hendaknya tidak berpikir pada masalah adatu kekurangan, melainkan fokus pada asset yang dimiliki atau berpikir berbasis asset (asset based thinking). Seorang pemimpin pembelajaran dapat memaksimalkan asset manusia yaitu murid dan guru untuk mengoptimalkan asset atau kekuatan yang dimiliki agar dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki.

Konsep tersebut dapat diperjelas kembali dengan menonton tayangan video berikut :

https://youtu.be/dj6sTmiD1XM

    Materi di modul 3.2 ini memiliki keterkaitan dengan materi-materi lainnya di program guru penggerak ini. Di modul ini pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya, harus memiliki kemampuan dalam pengambilan keputusan (modul 3.1) yang mana keputusan tersebut yaitu dalam memanfaatkan aset yang ada secara maksimal. Selain itu pemikiran Ki Hajar Dewantara yang maenyatakan bahwa pendidikan adalah sebuah proses menuntun segala kodrat yang ada pada anak dengan segala potensi yang dimilikinya agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Maka sebagai pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya sekolah, seharusnya dan semestinya memanfaatkan dan mengelola seluruh kodrat alam dan kodrat zaman yang ada sebagai sebuah kekuatan atau aset yang dimiliki untuk mendorong sebuah agen perubahan transformasi pendidikan dalam mewujudkan merdeka belajar bagi murid dan guru. Untuk dapat mengelola sumber daya yang ada dengan optimal, juga perlu dibuatkan rencana kecil perubahan, yang mana perencanaak tersebut menggunakan metoda BAGJA (Buat pertanyaan, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana dan Atur eksekusi) yang telah dipelajari di modul sebelumnya 1.3.

            Sebelum saya mempelajari modul 3.2 sebagai pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya, saya lebih banyak menggunakan pendekatan yang berbasis masalah/kekurangan. Namun, setelah saya mempelajari modul 3.2 ini begitu banyak ilmu, informasi, pengalaman dan hal-hal baru yang saya dapatkan dan jelas sekali ada perubahan yang saya rasakan dalam mengelola sumber daya dengan menggunakan pendekatan berbasis aset/kekuatan, dalam mengelola dan memanfaatan sumber daya yang dimiliki oleh sekolah, lebih berfokus menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, hal-hal yang positif ataupun potensi positif yang dimiliki oleh sekolah

Kamis, 05 Mei 2022

Rangkuman Kesimpulan Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

 

 

“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”
-Bob Talbert



Ki Hajar Dewantara terkenal dengan filosofi Pratap Triloka yaitu: (1) Ing ngarsa sung tulada (2) Ing madya mangun karsa (3) Tut wuri handayani. Ing ngarso sung tulodo, berarti bahwa seorang pemimpin (guru) haruslah memberikan sauri tauladan yang baik bagi orang yang dipimpinnya. Guru harus selesai dengan dirinya sendiri yang kemudian ini terefleksikan dalam keteladanan setiap mengambil keputusan terhadap murid-murid dan orang-orang disekitarnya. Inilah prinsip pertama yang harus dimiliki oleh seorang guru. Keteladanan menjadi sebuah hal yang penting karena akan berpengaruh pada tingkat kepercayaan orang-orang yang dipimpinnya terhadap dirinya. Selanjutnya Ing madya mangun karsa artinya guru (pemimpin) harus bisa bekerja sama dengan orang yang didiknya (murid). Sehingga pembelajaran yang dilakukan akan terasa mudah atau ringan dan akan semakin mempererat hubungan antara guru dengan murid, namun tidak melanggar etika jalur pendidikan. Dengan menerapkan ing madya mangun karsa, guru diharapkan mampu menjadi rekan sekaligus sebagai pengganti orang tua murid, sehingga guru mampu mengetahui kebutuhan belajar murid. Yang terakhir Tut wuri handayani yaitu memberi kesempatan kepada siswa untuk maju dan berkembang. Memberikan ilmu-ilmu dan bekal-bekal yang akan menambah wawasan, kepintaran serta pengalaman murid. Ketiga filosofi ini menjadi sangat penting sebagai dasar dalam pengambilan keputusan bagi guru sebagai pemimpin pembelajaran untuk dapat mengambil keputusan yang berpihak kepada murid.



    Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita akan sangat berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan yang dibuat, oleh karena itu, hendaknya dalam pengambilan suatu keputusan agar berpegangan dengan prinsip-prinsip berikut, yaitu 1. Melakukan, demi kebaikan orang banyak; 2. Menjunjung tinggi prinsip-prinsip/ nilai-nilai dalam diri saya; 3. Melakukan apa yang saya harapkan orang lain lakukan kepada diri saya. Selain ketiga hal tersebut, yang menjadikan pertimbangan ketika akan melakukan pengambilan keputusan adalah dengan berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis peraturan dan berpikir berbasis rasa peduli. Prinsip-prinsip tersebut sebaiknya tertanam dalam diri kita agar keputusan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan.

    Dalam proses pengambilan keputusan sangat perlu diadakan suatu kegiatan terbimbing yaitu coaching. Coaching adalah suatu proses pembelajaran yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta baik perorangan atau kelompok untuk memecahkan permasalahannya sendiri. Guru memiliki posisi sebagai coach/pemberi manfaat sedangkan murid sebagai coachee/penerima manfaat kegiatan coaching. Salah satu kebutuhan belajar murid adalah keterampilan mengambil keputusan. Karena itu guru dapat melakukan coaching terhadap muridnya dalam mengambil keputusan termasuk keputusan yang mengandung unsur dilema etika yang dihadapi para murid. Inilah fungsi seorang guru sebagai coach dan motivator, ia mampu mendorong kinerja murid untuk terus berkembang dan maju serta mampu mengambil keputusan-keputusan yang tepat untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Dengan demikian potensi murid menjadi lebih berkembang sehingga mampu mengambil keputusan-keputusan yang tepat bagi dirinya.

    Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap keputusan-keputusan yang akan diambil, oleh karena itu hendaknya guru memiliki serta menguasai keterampilan-keterampilan sosial emosional. Adapun keterampilan sosial emosional tersebut yaitu kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Dengan menguasai keterampilan sosial emosinal tersebut seorang guru akan dapat membuat keputusan yang diambil sebagai seorang pemimpin pembelajaran berpihak kepada murid, tepat serta efektif.

    Suatu kasus hendaknya di analisis menjadi studi kasus untuk dapat menentukan fokus masalah, apakah bujukan moral atau dilemma etika. Bujukan moral adalah ketika seseorang harus memilih dan membuat keputusan antara benar atau salah. Sedangkan Dilema etika adalah ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan dimana kedua-duanya secara moral benar, tetapi saling bertentangan. Ini adalah saat dimana kita harus membuat keputusan antara benar dan benar.



    Pengambilan keputusan yang tepat tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Untuk itu hal pertama yang harus kita lakukan adalah mengenali terlebih dahulu kasus yang terjadi apakah kasus tersebut termasuk dilema etika atau bujukan moral. Selanjutnya dilemma etika dianalisis menggunakan 4 paradigma dilemma etika yaitu;

1. Individu lawan masyarakat (Individual vs community)

2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

Langkah berikutnya menganalisis keputusan dengan menggunakan 9 konsep pengambilan dan pengujian keputusan. Sembilan keputusan tersebut yaitu:

1.      Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan

2.      Menentukan siapa saja yang terlibat

3.      Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan

4.      Pengujian benar atau salah yang didalamnya terdapat uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan koran, uji keputusan panutan/idola

5.      Pengujian paradigma benar lawan benar

6.      Prinsip Pengambilan Keputusan

7.      Investigasi Opsi Trilemma

8.      Buat Keputusan

9.      Tinjau lagi keputusan Anda dan refleksikan

    

    Menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilemma etika ini tentu saja masih ada kesulitan tersendiri. Perubahan paradigma yang terjadi belakangan ini, masih belum dapat diterima baik oleh semua pihak. Setiap orang memiliki pandangan, budaya, nilai dan prinsip-prinsip yang berbeda. Namun hal tersebut bukanlah penghalang untuk dapat memperkenalkan dan menerapkan pengambilan keputusan pada kasus dilemma etika. Perlahan namun pasti mengajak semua pihak untuk bergerak dalam pengambilan keputusan yang berpihak kepada murid.


    Pengambilan keputusan yang diambil ini akan memberikan pengaruh yang positif kepada murid dan lingkungan kelas maupun sekolah kita. Yaitu dapat menciptakan pengajaran yang memerdekaan murid-murid kita.

    Seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya karena setiap keputusan yang diambil oleh pemimpin pembelajaran, akan memberikan dampak kepada murid. Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran yang berpihak kepada murid, dan dengan mempertimbangkan banyak hal, selain memerdekaan murid maka murid akan mengamati dan dapat mencontoh sikap yang dilakukan oleh gurunya, untuk kemudian akan diterapkan juga dalam kehidupannya.

    Kesimpulan akhir yang dapat saya tarik dari pembelajaran modul materi ini adalah hal yang sangat penting dimiliki oleh seorang pendidik/guru yaitu memiliki keterampilan sosial emosional yang mana keterampilan tersebut akan sangat berpengaruh dalam pengambilan suatu keputusan. Pada saat pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, guru hendaknya melakukan coaching sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan yang dibuat dengan harapan setiap keputusan-keputusan yang dibuat guru agar dapat memerdekaan murid, bersifat efektif serta dapat dipertanggjawabkan.  

Selasa, 08 Februari 2022

Keyakinan Kelas?? Mengapa Keyakinan Kelas, Mengapa Tidak Peraturan Kelas Saja?

 

Sama seperti pertanyaan, “mengapa bapak/ibu menggunakan helm saat mengendarai sepeda motor?”  kira-kira apa jawaban bapak/ibu? Keselamatan?

Pertanyaan selanjutnya, “mengapa dimasa pandemi seperti saat ini, kita harus menggunakan masker dan mencuci tangan setiap saat?” Kesehatan? Atau keselamatan?

Nilai-nilai keselamatan atau kesehatan inilah yang sebut sebagai suatu ‘keyakinan’, yaitu nilai-nilai kebajikan atau prinsip-prinsip universal yang disepakati bersama secara universal, lepas dari latar belakang suku, negara, bahasa maupun agama. Menurut Gossen, (1998), suatu keyakinan akan lebih memotivasi seseorang dari dalam, atau memotivasi secara intrinsik. Seseorang akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya daripada hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan-peraturan yang mengatur mereka harus berlaku begini atau begitu. Jadi pada keyakinan kelas, ada nilai-nilai kebajikan yang dijadikan keyakinan untuk memunculkan motivasi seseorang melakukan sesuatu.

Adapun prosedur pembentukan keyakinan kelas :

1. Mempersilakan murid-murid di kelas untuk bercurah pendapat tentang peraturan yang perlu disepakati di kelas.

2. Mencatat semua masukan-masukan para murid di papan tulis atau di kertas besar (kertas ukuran poster), di mana semua anggota kelas bisa melihat hasil curah pendapat.

3. Susunlah keyakinan kelas sesuai prosedur ‘Pembentukan Keyakinan Kelas’. Gantilah kalimat-kalimat dalam bentuk negatif menjadi positif.

4. Tinjau kembali daftar curah pendapat yang sudah dicatat. Anda mungkin akan mendapati bahwa pernyataan yang tertulis di sana masih banyak yang berupa peraturan-peraturan. Selanjutnya, ajak murid-murid untuk menemukan nilai kebajikan atau keyakinan yang menjadi inti dari peraturan tersebut.

5. Sebaiknya keyakinan kelas tidak terlalu banyak, bisa berkisar antara 3-7 prinsip/keyakinan.

6. Setelah keyakinan kelas selesai dibuat, maka semua warga kelas dipersilakan meninjau ulang, dan menyetujuinya dengan menandatanganinya.

7. Keyakinan Kelas selanjutnya bisa dilekatkan di dinding kelas di tempat yang mudah dilihat semua warga kelas.

Berikut video proses pembentukan keyakinan kelas yang saya lakukan di kelas IVB SD Negeri 7 Sesetan.

 


Berikut Keyakinan Kelas yang telah kami sepakati bersama. 


Membentuk keyakinan kelas, merupakan solusi guru dalam menghadapi murid jaman sekarang ini. Dengan nilai kebajikan yang ada pada keyakinan kelas, yang terlebih dahulu disepakai bersama, maka murid akan lebih tergerak dan termotivasi dalam mendisiplinkan dirinya sendiri.



Sumber : Modul 1.4 Budaya Positif Program Pendidikan Guru Penggerak 

Komang Yuli Wirahayu

CGP Angkatan 4 Kota Denpasar 

Tahun 2022


 



 

Rabu, 15 April 2020

Pembelajaran Daring / Online Untuk Siswa Kelas 2 SD Tema 7 Sub Tema 3

Menghadapi Pandemi Covid 19 yang sedang mewabah di hampir seluruh dunia belakangan ini, kebijakan pemerintah pusat melalui Menteri Pendidikan Bapak Nadiem Makariem, mengeluarkan instruksi melalui SE Mendikbud No. 4 Tahun 2020 tentang "Penyelenggaraan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Coronavirus Disease  (Covid-19)" Tanggal 24 Maret 2020 yang menyatakan bahwa kegiatan belajar dilakukan di rumah. 
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/03/se-mendikbud-pelaksanaan-kebijakan-pendidikan-dalam-masa-darurat-penyebaran-covid19

Sebagai guru di kelas rendah yang memiliki anak didik di Sekolah Dasar Negeri, saya pun mulai berpikir merancang kegiatan belajar di rumah agar anak didik tidak bosan dan jenuh belajar di rumah selama masa pandemi long distancing diberlakukan.

dengan memperhatikan latar belakang orang tua siswa yang berbeda-beda, ditambah dengan situasi ekonomi saat ini dan kemampuan usia peserta didik, guru sebagai fasilitator hendaknya merancang kegiatan pembelajaran yang bervariasi sekaligus dapat meningkatkan kedekatan antara orang tua dengan anak selama masa pandemi ini.

Untuk itu, berikut contoh kegiatan pembelajaran online yang dapat dilakukan dalam 1 minggu.

Kelas 2 SD Tema 7 Subtema 3

JADWAL KEGIATAN BELAJAR DI RUMAH
SISWA KELAS II A 
SD NEGERI 7 SESETAN
Tema 7 Sub Tema 3


No.
Hari dan Tanggal
Pelajaran
Kegiatan
1.
Senin
Tematik
           PPKn KD  3.3
Mengidentifikasi jenis-jenis keberagaman karakteristik individu


         Bahasa Indonesia KD 3.8
Menggali informasi dari dongeng binatang (fabel) tentang sikap hidup rukun dari teks lisan dan tulis.


          Ulangan online dengan google form
(Link dan token diberikan oleh guru, orang tua tinggal klik links, dan memasukkan token)


          Ulangan online dengan google form
(Link dan token diberikan oleh guru, orang tua tinggal klik links, dan memasukkan token)

2.
Selasa

Tematik
           Matematika KD 3.7
Menjelaskan pecahan , , dan  menggunakan benda-benda konkret dalam kehidupan sehari-hari.







           Matematika KD 4.7
Menyajikan pecahan , , dan  yang bersesuaian dengan bagian dari keeluruhan suatu benda konkret dalam kehidupan sehari-hari.


           Siswa disajikan video guru yang sedang menjelaskan dan mempraktikan pecahan , , dan  menggunakan benda-benda konkret dalam kehidupan sehari-hari.

           Siswa membuat video yang menjelaskan nilai pecahan , atau , atau  (pilih salah satu saja) dengan menggunakan benda-benda konkret yang ada disekitar siswa.

           Siswa dengan bantuan orang tua dapat menyajikan 1 bagian utuh, pecahan , , dan   ( LKS Tema 7 Halaman 70 “Ayo Beraktifitas” dikerjakan di double folio. Orang tua hanya membantu dalam membuat bangun datar dan membagi menjadi bagian sama besar, siswa menentukan sendiri nilai pecahan dengan memberi warna sesuai ketentuan).

3.
Rabu
         Bahasa Bali
Kruna Penyambung




          Tematik
Matematika KD 3.7
Menjelaskan pecahan , , dan  menggunakan benda-benda konkret dalam kehidupan sehari-hari.


           Siswa membaca, memahami dan mengerjakan latihan mengenai “Kruna Penyambung” LKS Bahasa Bali halaman 30-31 no.1-10 soal dan jawaban, jawaban diisi garis bawah.

           Siswa mengerjakan kuis online tentang pecahan melalui media quizziz.
(link akan diberikan guru, tinggal klik, dan masukan email orang tua)

4.
Kamis
           Agama










          Tematik
Bahasa Indonesia
KD 3.9
Menentukan kata sapaan dalam dongeng secara lisan dan tulis.

           Agama Hindu
Siswa mengerjakan latihan soal dari LKS Agama Hindu hal. 39-40 dijawab langsung di LKS.
Agama Islam 
Siswa menulis kaligrafi “Alhamdulilah” dan artinya di buku gambar, diberi hiasan dan warna.
          Agama Kristen menyesuaikan sedangkan Agama Islam menyusul

           Siswa mencermati dan membaca dongeng kemudian siswa mampu menemukan kata sapaan dalam dongeng.
           Siswa menuliskan kata sapaan yang ditemukan dalam tabel.
( Teks dongeng dan format tabel Buku BOS Tema 7 halaman 145 )

5.
Jumat
PJOK 




Bahasa Inggris 
          Siswa melakukan gerak non lokomotor
       Siswa mengerjakan soal-soal PJOK LKS hal.79-80 romawi I dan II jawaban saka di double folio.

  Siswa mencari, menentukan dan menuliskan dalam bahasa Inggris beserta arti dalam bahasa Indonesia 10 ekor binatang buas dan 10 ekor binatang jinak, serta menghapalkannya.  

6.
Sabtu,
     Pengembangan Diri   
   Pengembangan diri tari dan yoga dilakukan mandiri oleh siswa dan orang tua.





Materi / Sumber Belajar Daring Kelas 2 SD Tema 7 Sub Tema 3 

No.
Hari
Materi / Sumber Belajar
1.
Senin
PPKn tema 7 (KD 3.3)

Bahasa Indonesia tema 7 (KD 3.8)

Token : buyuli

2.
Selasa
Materi YouTube tentang pecahan


3.
Rabu
Kuis di quizziz

5
Kamis
 Teks dongeng dan format tabel ada di Buku BOS Tema 7 halaman 145
6.
Jumat
-
























Demikian jadwal dan materi belajar daring untuk kelas 2 SD Tema 7 Subtema 3 yang saya rancang.



Aksi Nyata Modul 3.3 Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid

CGP   : Komang Yuli Wirahayu Asal Sekolah : SD Negeri 7 Sesetan  Nama Program : LiBerCa (Meningkatkan Literasi dengan Berbagai Kegiat...