“Mengajarkan anak menghitung itu baik,
namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”
-Bob Talbert
Ki Hajar Dewantara terkenal dengan filosofi
Pratap Triloka yaitu: (1) Ing ngarsa sung tulada (2) Ing madya mangun karsa (3)
Tut wuri handayani. Ing ngarso sung tulodo, berarti bahwa seorang
pemimpin (guru) haruslah memberikan sauri tauladan yang baik bagi orang yang
dipimpinnya. Guru harus selesai dengan dirinya sendiri yang kemudian ini
terefleksikan dalam keteladanan setiap mengambil keputusan terhadap murid-murid
dan orang-orang disekitarnya. Inilah prinsip pertama yang harus dimiliki oleh
seorang guru. Keteladanan menjadi sebuah hal yang penting karena akan
berpengaruh pada tingkat kepercayaan orang-orang yang dipimpinnya terhadap
dirinya. Selanjutnya Ing madya mangun karsa artinya guru (pemimpin)
harus bisa bekerja sama dengan orang yang didiknya (murid). Sehingga
pembelajaran yang dilakukan akan terasa mudah atau ringan dan akan semakin
mempererat hubungan antara guru dengan murid, namun tidak melanggar etika jalur
pendidikan. Dengan menerapkan ing madya mangun karsa, guru
diharapkan mampu menjadi rekan sekaligus sebagai pengganti orang tua murid,
sehingga guru mampu mengetahui kebutuhan belajar murid. Yang terakhir Tut
wuri handayani yaitu memberi kesempatan kepada siswa untuk maju dan
berkembang. Memberikan ilmu-ilmu dan bekal-bekal yang akan menambah wawasan, kepintaran
serta pengalaman murid. Ketiga filosofi ini menjadi sangat penting sebagai
dasar dalam pengambilan keputusan bagi guru sebagai pemimpin pembelajaran untuk
dapat mengambil keputusan yang berpihak kepada murid.
Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita akan sangat berpengaruh terhadap
pengambilan suatu keputusan yang dibuat, oleh karena itu, hendaknya dalam
pengambilan suatu keputusan agar berpegangan dengan prinsip-prinsip berikut, yaitu 1. Melakukan,
demi kebaikan orang banyak; 2. Menjunjung tinggi prinsip-prinsip/ nilai-nilai
dalam diri saya; 3. Melakukan apa yang saya harapkan orang lain lakukan kepada
diri saya. Selain ketiga hal tersebut, yang menjadikan pertimbangan ketika akan
melakukan pengambilan keputusan adalah dengan berpikir berbasis hasil akhir,
berpikir berbasis peraturan dan berpikir berbasis rasa peduli. Prinsip-prinsip
tersebut sebaiknya tertanam dalam diri kita agar keputusan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam
proses pengambilan keputusan sangat perlu diadakan suatu kegiatan terbimbing
yaitu coaching. Coaching adalah
suatu proses pembelajaran yang memberikan kesempatan seluas-luasnya
kepada peserta baik perorangan atau kelompok untuk memecahkan permasalahannya
sendiri. Guru memiliki posisi sebagai coach/pemberi manfaat
sedangkan murid sebagai coachee/penerima manfaat kegiatan coaching. Salah satu kebutuhan
belajar murid adalah keterampilan mengambil keputusan. Karena itu guru
dapat melakukan coaching terhadap muridnya dalam mengambil
keputusan termasuk keputusan yang mengandung unsur dilema etika yang dihadapi
para murid. Inilah
fungsi seorang guru sebagai coach dan motivator, ia mampu
mendorong kinerja murid untuk terus berkembang dan maju serta mampu mengambil
keputusan-keputusan yang tepat untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Dengan
demikian potensi murid menjadi lebih berkembang sehingga mampu mengambil
keputusan-keputusan yang tepat bagi dirinya.
Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial
emosionalnya akan berpengaruh terhadap keputusan-keputusan yang akan diambil,
oleh karena itu hendaknya guru memiliki serta menguasai keterampilan-keterampilan
sosial emosional. Adapun keterampilan sosial emosional tersebut yaitu kesadaran
diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan
keputusan yang bertanggung jawab. Dengan menguasai keterampilan sosial emosinal
tersebut seorang guru akan dapat membuat keputusan yang diambil sebagai seorang
pemimpin pembelajaran berpihak kepada murid, tepat serta efektif.
Suatu kasus hendaknya di analisis menjadi studi kasus untuk dapat menentukan
fokus masalah, apakah bujukan moral atau dilemma etika. Bujukan moral adalah
ketika seseorang harus memilih dan membuat keputusan antara benar atau salah.
Sedangkan Dilema etika adalah ketika seseorang harus memilih antara dua pilihan
dimana kedua-duanya secara moral benar, tetapi saling bertentangan. Ini adalah
saat dimana kita harus membuat keputusan antara benar dan benar.
Pengambilan keputusan yang
tepat tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif,
aman dan nyaman. Untuk itu hal pertama yang harus kita lakukan adalah mengenali
terlebih dahulu kasus yang terjadi apakah kasus tersebut termasuk dilema etika
atau bujukan moral. Selanjutnya dilemma etika dianalisis menggunakan 4
paradigma dilemma etika yaitu;
1. Individu lawan masyarakat (Individual vs community)
2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)
3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)
4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs
long term)
Langkah berikutnya
menganalisis keputusan dengan menggunakan 9 konsep pengambilan dan pengujian
keputusan. Sembilan keputusan tersebut yaitu:
1. Mengenali
nilai-nilai yang saling bertentangan
2. Menentukan
siapa saja yang terlibat
3. Mengumpulkan
fakta-fakta yang relevan
4. Pengujian
benar atau salah yang didalamnya terdapat uji legal, uji regulasi, uji intuisi,
uji halaman depan koran, uji keputusan panutan/idola
5. Pengujian
paradigma benar lawan benar
6. Prinsip Pengambilan
Keputusan
7. Investigasi Opsi Trilemma
8. Buat Keputusan
9. Tinjau lagi keputusan
Anda dan refleksikan
Menjalankan pengambilan
keputusan terhadap kasus-kasus dilemma etika ini tentu saja masih ada kesulitan
tersendiri. Perubahan paradigma yang terjadi belakangan ini, masih belum dapat
diterima baik oleh semua pihak. Setiap orang memiliki pandangan, budaya, nilai
dan prinsip-prinsip yang berbeda. Namun hal tersebut bukanlah penghalang untuk
dapat memperkenalkan dan menerapkan pengambilan keputusan pada kasus dilemma etika.
Perlahan namun pasti mengajak semua pihak untuk bergerak dalam pengambilan
keputusan yang berpihak kepada murid.
Pengambilan keputusan yang diambil ini akan memberikan pengaruh yang positif
kepada murid dan lingkungan kelas maupun sekolah kita. Yaitu dapat menciptakan
pengajaran yang memerdekaan murid-murid kita.
Seorang pemimpin
pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa
depan murid-muridnya karena setiap keputusan yang diambil oleh pemimpin
pembelajaran, akan memberikan dampak kepada murid. Pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran yang berpihak kepada murid, dan
dengan mempertimbangkan banyak hal, selain memerdekaan murid maka murid akan
mengamati dan dapat mencontoh sikap yang dilakukan oleh gurunya, untuk kemudian
akan diterapkan juga dalam kehidupannya.
Kesimpulan akhir yang
dapat saya tarik dari pembelajaran modul materi ini adalah hal yang sangat
penting dimiliki oleh seorang pendidik/guru yaitu memiliki keterampilan sosial
emosional yang mana keterampilan tersebut akan sangat berpengaruh dalam
pengambilan suatu keputusan. Pada saat pengambilan keputusan sebagai pemimpin
pembelajaran, guru hendaknya melakukan coaching sebagai bahan pertimbangan
pengambilan keputusan yang dibuat dengan harapan setiap keputusan-keputusan
yang dibuat guru agar dapat memerdekaan murid, bersifat efektif serta dapat
dipertanggjawabkan.